Pasar Jakabaring, potret sukses koperasi
Al-Hidayah diharapkan perpendek rantai distribusi
Risman sebelumnya berjualan cabai di lapak kotor dan tak nyaman di Pasar 16 Ulu,
Palembang. Seperti halnya Ratna yang berjualan buah, Risman sejak sebulan lalu pindah ke
kios yang nyaman dan bersih di Pasar Buah Jakabaring.
Pasar Buah Jakabaring merupakan pasar baru yang mulai dibangun pada September 2007,
dan diresmikan operasionalnya oleh Menteri Negara Koperasi dan UKM Suryadharma Ali pada
Maret 2009.
Menariknya, pembangunan dan pengelolaan pasar dengan 320 kios di atas areal 1,8 ha ini
ditangani oleh Koperasi Al-Hidayah. Total dana investasinya tidak kurang dari Rp16,5 miliar.
Sumber dananya dari anggota Rp10 miliar. Di samping itu, dana guliran dari program pembangunan Pasar Alang-alang Lebar (BMT Tarbiyah) Rp600 juta dan Pasar Ritel Jakabaring (KSU Tunas Baru) Rp1,8 miliar. Ini merupakan pengembalian dana yang digulirkan Kementerian Negara Koperasi dan UKM pada
2004. Tak hanya itu, program yang didukung APBD Pemkot Palembang sebesar Rp1,6 miliar ini berhasil menarik dukungan pinjaman Bank Syariah Mandiri Rp2,5 miliar. Koperasi Al-Hidayah didirikan pada 1997 beranggotakan 300 orang pedagang. Pada 2007, koperasi yang awalnya hanya mengurusi usaha simpan pinjam ini dipercaya menangani pembangunan dan pengelolaan Pasar Buah Jakabaring. "Kami memberikan cicilan murah untuk kepemilikan kios, dan membantu mereka mendapatkan pinjaman perbankan," kata Ketua Koperasi Al-Hidayah Trisno. Pada tahun pertama koperasi yang kini memiliki 50 orang karyawan itu menargetkan pendapatan jasa pengelolaan pasar Rp3 miliar. "Target kami pinjaman bisa dikembalikan dalam 5 tahun, lebih cepat dari masa kontrak 8 tahun." Volume penjualan buah-buahan di pasar ini sekitar 75 ton-100 ton per hari. Seperti Pasar Ritel Jakabaring yang beroperasi lebih dulu, aktivitas Pasar Buah Jakabaring mulai ramai pukul 19.00 WIB hingga subuh.
Keberadaan pasar ini semakin penting, bukan saja karena kebutuhan buah-buahan semakin meningkat, melainkan juga kebutuhan perlindungan dan jaminan pasar bagi buah lokal. Apalagi, buah impor semakin mendominasi di pasar domestik, karena rantai distribusi buah lokal panjang dan tidak efisien untuk menghasilkan buah berkualitas dan harga bersaing. Mata rantai yang panjang berimbas di sektor hulu. Para pedagang besar menekan harga di tingkat petani karena mahalnya biaya distribusi. Nah, Koperasi Al-Hidayah diharapkan mampu memperpendek rantai distribusi itu. Kepala Dinas Perindustian dan Koperasi Pemkot Palembang, H. R. Wantjik Badaruddin mengatakan kunci sukses pengembangan pasar tradisional berkonsep modern ini terletak pada keseriusan koperasi dan dukungan pemerintah.
Palembang. Seperti halnya Ratna yang berjualan buah, Risman sejak sebulan lalu pindah ke
kios yang nyaman dan bersih di Pasar Buah Jakabaring.
Pasar Buah Jakabaring merupakan pasar baru yang mulai dibangun pada September 2007,
dan diresmikan operasionalnya oleh Menteri Negara Koperasi dan UKM Suryadharma Ali pada
Maret 2009.
Menariknya, pembangunan dan pengelolaan pasar dengan 320 kios di atas areal 1,8 ha ini
ditangani oleh Koperasi Al-Hidayah. Total dana investasinya tidak kurang dari Rp16,5 miliar.
Sumber dananya dari anggota Rp10 miliar. Di samping itu, dana guliran dari program pembangunan Pasar Alang-alang Lebar (BMT Tarbiyah) Rp600 juta dan Pasar Ritel Jakabaring (KSU Tunas Baru) Rp1,8 miliar. Ini merupakan pengembalian dana yang digulirkan Kementerian Negara Koperasi dan UKM pada
2004. Tak hanya itu, program yang didukung APBD Pemkot Palembang sebesar Rp1,6 miliar ini berhasil menarik dukungan pinjaman Bank Syariah Mandiri Rp2,5 miliar. Koperasi Al-Hidayah didirikan pada 1997 beranggotakan 300 orang pedagang. Pada 2007, koperasi yang awalnya hanya mengurusi usaha simpan pinjam ini dipercaya menangani pembangunan dan pengelolaan Pasar Buah Jakabaring. "Kami memberikan cicilan murah untuk kepemilikan kios, dan membantu mereka mendapatkan pinjaman perbankan," kata Ketua Koperasi Al-Hidayah Trisno. Pada tahun pertama koperasi yang kini memiliki 50 orang karyawan itu menargetkan pendapatan jasa pengelolaan pasar Rp3 miliar. "Target kami pinjaman bisa dikembalikan dalam 5 tahun, lebih cepat dari masa kontrak 8 tahun." Volume penjualan buah-buahan di pasar ini sekitar 75 ton-100 ton per hari. Seperti Pasar Ritel Jakabaring yang beroperasi lebih dulu, aktivitas Pasar Buah Jakabaring mulai ramai pukul 19.00 WIB hingga subuh.
Keberadaan pasar ini semakin penting, bukan saja karena kebutuhan buah-buahan semakin meningkat, melainkan juga kebutuhan perlindungan dan jaminan pasar bagi buah lokal. Apalagi, buah impor semakin mendominasi di pasar domestik, karena rantai distribusi buah lokal panjang dan tidak efisien untuk menghasilkan buah berkualitas dan harga bersaing. Mata rantai yang panjang berimbas di sektor hulu. Para pedagang besar menekan harga di tingkat petani karena mahalnya biaya distribusi. Nah, Koperasi Al-Hidayah diharapkan mampu memperpendek rantai distribusi itu. Kepala Dinas Perindustian dan Koperasi Pemkot Palembang, H. R. Wantjik Badaruddin mengatakan kunci sukses pengembangan pasar tradisional berkonsep modern ini terletak pada keseriusan koperasi dan dukungan pemerintah.
Peran koperasi
Konsep pelibatan koperasi pengembangan pasar tidak hanya dalam pembiayaan, tetapi juga pelatihan dan pembinaan bagi pengurus koperasi dan pedagang. Palembang yang berpenduduk 1,7 juta jiwa baru memiliki 23 pasar, masih jauh dari ideal. "Kami melihat keseriusan koperasi untuk mewujudkan pasar hingga menjadi 60 unit," ujar Kasie Koperasi Dinas Perindakop Kota Palembang Yohanes Susanto. Sebelum Pasar Buah Jakabaring, dua pasar lain di Kota Palembang yang dikembangkan oleh koperasi adalah Pasar Ritel Jakabaring dan Pasar Alang-alang Lebar. Asisten Deputi Urusan Sarana dan Prasarana Pemasaran Kementerian Negara Koperasi dan UKM Ahmad Zabadi mengatakan koperasi mampu membangun kebersamaan dan membuktikan kekuatannya dalam proses pembangunan pasar tradisional. Ini menambah keyakinan bahwa bantuan penguatan yang dilaksanakan oleh Kementerian Negara Koperasi dan UKM telah berfungsi sebagai stimulan, yang mampu merangsang dukungan pemda, kesadaran koperasi dan anggotanya, maupun perbankan, sehingga terhimpun dana yang mencukupi untuk pengembangan ekonomi kerakyatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar