Rabu, 16 November 2011
Elyansa Br Sembiring 27210016: Bentuk - bentuk Akomodasi dan Contoh
Elyansa Br Sembiring 27210016: Bentuk - bentuk Akomodasi dan Contoh: Bentuk-bentuk akomodasi dan contoh: 1. Coersion Sikap memaksakan orang untuk melakukan sesuatu yang tidak disukai. Contoh : menyuruh o...
Selasa, 15 November 2011
Bentuk - bentuk Akomodasi dan Contoh
Bentuk-bentuk akomodasi dan contoh:
1. Coersion
Sikap memaksakan orang untuk melakukan sesuatu yang tidak disukai.
Contoh : menyuruh orang lain untuk melakukan kemauannya.
2. Compromise
Kedua atau semua pihak yang terlibat dalam konflik berusaha mencari dan mendapatkan jalan tengah.
Contoh : dalam suatu rapat,dalam mengambil keputusan harus merupakan keputusan bersama.
3. Arbitration
Penghentian perselisihan secara langsung oleh pihak ketiga dengan memberi keputusan yang diterima serta ditaati oleh kedua pihak yang bertikai.
Contoh : seorang polisi menghentikan perkelahian 2 orang. jika tidak berhenti maka 2 orang tersebut akan dibawa ke kantor polisi.
4. Mediation
Penghentian pertikaian oleh pihak ketiga tetapi diberikan keputusan yang meningkat.
Contoh : Seorang ayah melerai anak-anaknya yg sedang berkelahi.
5. Conciliation
Usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan pihak-pihak yang berselisih bagi tercapainya suatu persetujuan bersama.
Contoh : Ormas perlindungan anak bertemu dengan anggota DPR agar kekerasan terhadap anak dibawah umur dapat dihentikan.
6. Toferatin
Toleransi antar kedua belah pihak..
Contoh : Toleransi untuk saling menghormati antar satu ras dengan ras yang lainnya.
7. Stalemate
Suatu keadaan dimana pihak-pihak yang bertentangan memiliki kekuatan yang seimbang dan berhenti melakukan pertentangan pada suatu titik karena kedua belah pihak sudah tidak mungkin lagi maju atau mundur.
Contoh : Gencatan senjata antara kedua belah pihak yang terjadi konflik.
8. Adjudication
Penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan
Contoh : pembelian tanah atau rumah,tetapi mempunyai masalah. Maka harus diselesaikan di pengadilan.
Sejarah Perkembangan Sosiologi
1.Awal perkembangan sosiologi
- Nama sosiologi diberikan oleh Auguste Comte, seorang filsuf Perancis yang hidup pada awal abad 19 (1798-1875)
- Sebelum Auguste Comte antara lain ; Plato (429-347 SM), Thomas Morem, Campanela, dan Aristoteles.
- Zaman Renaisance (1200-1600), Thomas More terkenal dengan UTOPIAnya dan Campanella yang menulis CITY OF THE SUN.
- Auguste Comte sebagai pelopor sosiologi membagi tiga tahap perkembangan intelektual yaitu:
a.tahap teologi atau fiktif
b.tahap metafisika
c.tahap ilmu pengetahuan positif
2.Timbulnya sosiologi modern
- Filsafat (MATER SCIANTRIUM) abad ke 20 oleh Emile Dukheim (1858-1917) dan pada tahun 1895 menulis Rule of Sosiological Method
- Lalu dikembangkan oleh W.I. Thomas (1863-1947) dan Herbert Spencer (1176) mengenai teori evolusi social.
- Sosiolog Amerika Lesterward (1883) dengan karyanya Dynamic Sosiology.
- Max Weber (1884-1920) berpendapat bahwa studi ilmu social berdasar gejala dalam dunia bersama.
3.Sosiologi di Indonesia
- Sebelum perang dunia II, ajaran para pujangga dan pemimpin Indonesia seperti Sri Paduka dari Surakarta “inter group relation”, Ki Hajar Dewantara dalam organisasi “taman siswa”, dan periode Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta Recht Hogeschool.
Kekuatan sosial yang berperan dalam perkembangan teori sosiologi
1. Revolusi Politik
2. Revolusi industri dan kemunculan kapitalisme
Selain revolusi politik yang melanda Eropa, revolusi industri juga turut memberikan warna pada lahirnya sosiologi. Revolusi industri ditandai dengan berubahnya corak produksi negara-negara Eropa yang semula bertumpu pada sektor pertanian berubah pada sektor industri. Revolusi industri muncul sebagai akibat dari lahirnya berbagai penemuan baru di bidang teknologi. Salah satu penemuan yang spektakuler adalah kemunculan mesin uap yang ditemukan oleh James Watt. Kapitalisme lahir ditandai dengan penguasaan aset produksi oleh sebagian kecil masyarakat, sedangkan sebagian besar masyarakat hanya dijadikan alat produksi sebagai buruh dengan tingkat keuntungan yang kecil. Kondisi ini memunculkan gerakan buruh yang menuntut kesejahteraan bahkan secara radikal seringkali berubah menjadi “pemberontakan buruh”. Pergolakan ini menjadi bahan kajian bagi para pemikir, antara lain Marx, Weber, Durkheim dan Simmel.
3. Kemunculan sosialisme
Sosialisme dianggap sebagai musuh bebuyutan kapitalisme sehingga dapat dikatakan bahwa upaya penghancuran kapitalisme adalah melalui sosialisme. Marx adalah salah satu pendukung gagasan sosialisme, walaupun Marx tidak secara tegas akan mengambangkan sosialisme, namun dalam banyak tulisannya Marx mengkritik habis-habisan kapitalisme. Namun demikian pemikiran Marx ditentang oleh Weber dan Durkheim. Walaupun menyadari maslaah yang timbul seiring dengan kapitalisme, mereka lebih mengkhawatirkan isu sosialisme yang dibawa oleh Marx. Marx mencita-citakan tatanan masyarakat baru melalui revolusi sosial (gerakan buruh) yang dinilai oleh Weber dan Durkheim akan membawa permasalahan baru yang jauh lebih besar. Mereka berdua menawarkan solusi yang lebih soft berupa reformasi.
4. Feminisme
Feminisme merupakan gerakan perempuan yang menuntut adanya persamaan hak dan keluar dari subordinasi yang dihasilkan oleh sistem sosial masyarakat Eropa. Gerakan buruh, persamaan hak perempuan, penghapusan perbudakan, kedudukan perempuan dalam hukum dan berbagai isu gender lainnya menjadi salah satu bahan debat yang menjadi perhatian utama para aktivis feminisme pada waktu itu.
5. Urbanisasi
Revolusi industri mebawa permasalahan sosial baru berupa urbanisasi. Laju perpindahan penduduk dari desa ke kota menjadi sangat mengkhawatirkan demikian pula perubahan desa menjadi kota seiring perubahan sistem produksi. Migrasi desa kota membawa dampak pada penyesuaian pola perilaku masyarakat urban. Serangkaian permasalahan juga timbul ketika desa terkena dampak industrialisasi. Topik ini kemudia semakin berkembang ketika Amerika mulai terkena dampak revolusi industri. Chicago, sebuah kota di Amreika menjadi salah satu “laboratorium” yang mampu memberikan pencerahan bagi para pemikir untuk mengembangkan teori-teori sosiologi dan melahirkan mahdzab Chicago.
6. Perubahan keagamaan
Kapitalisme tidak dapat lepas dari perubahan-perubahan dalam bidang keagamaan. Weber mencoba menelaahnya melalui tulisan yang berjudul Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme. Gerakan protestan yang berkembang pesat menjadi salah satu kajian yang menarik bagi sosiolog. Marx bahkan secara ekstrim mengkritisi masalah keagamaan ini.
7. Perkembangan ilmu pengetahuan
Lahirnya sosiologi dibarengi dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan. Tidak mengherankan apabila beberapa pemikir mencoba menggunakan pendekatan-pendekatan ilmu pengetahuan alam. Namun demikian debat terjadi ketika beberapa ahli berargumen bahwa fenomena sosial tidak sama dengan fenomena alam.
Sejarah Perkembangan Sosiologi
Sebagai suatu disiplin akademis yang mandiri, sosiologi masih berumur relatif muda yaitu kurang dari 200 tahun. Istilah sosiologi untuk pertama kali diciptakan oleh Auguste Comte dan oleh karenanya Comte sering disebut sebagai bapak sosiologi. Istilah sosiologi ia tuliskan dalam karya utamanya yang pertama, berjudul The Course of Positive Philosophy, yang diterbitkan dalam tahun 1838. Karyanya mencerminkan suatu komitmen yang kuat terhadap metode ilmiah. Menurut Comte ilmu sosiologi harus didasarkan pada observasi dan klasifikasi yang sistematis bukan pada kekuasaan dan spekulasi. Hal ini merupakan pandangan baru pada saat itu.
Di Inggris Herbert Spencer menerbitkan bukunya Principle of Sociology dalam tahun 1876. Ia menerapkan teeori evolusi organik pada masyarakat manusia dan mengembangkan teori besar tentang “evolusi sosial” yang diterima secara luas beberapa puluh tahun kemudian.
Seorang Amerika Lester F. Ward yang menerbitkan bukunya “Dynamic Sociology” dalam tahun 1883, menghimbau kemajuan sosial melalui tindakan-tindakan sosial yang cerdik yang harus diarahkan oleh para sosiolog.
Seorang Perancis, Emile Durkheim menunjukkan pentingnya metodologi ilmiah dalam sosiologi. Dalam bukunya Rules of Sociological Method yang diterbitkan tahun 1895, menggambarkan metodologi yang kemudian ia teruskan penelaahannya dalam bukunya berjudul Suicide yang diterbitkan pada tahun 1897. Buku itu memuat tentang sebab-sebab bunuh diri, pertama-tama ia merencanakan disain risetnya dan kemudian mengumpulkan sejumlah besar data tentang ciri-ciri orang yang melakukan bunuh diri dan dari data tersebut ia menarik suatu teori tentang bunuh diri.
Kuliah-kuliah sosiologi muncul di berbagai universitas sekitar tahun 1890-an. The American Journal of Sociology memulai publikasinya pada thun 1895 dan The American Sociological Society (sekarang bernama American Sociological Association) diorganisasikan dalam tahun 1905.
Sosiolog Amerika kebanyakan berasal dari pedesaan dan mereka kebanyakan pula berasal dari para pekerja sosial; sosiolog Eropa sebagian besar berasal dari bidang-bidang sejarah, ekonomi politik atau filsafat.
Urbanisasi dan industrialisasi di Amerika pada tahun 1900-an telah menciptakan masalah sosial. Hal ini mendorong para sosiolog Amerika untuk mencari solusinya. Mereka melihat sosiologi sebagai pedoman ilmiah untuk kemajuan sosial. Sehingga kemudian ketika terbitnya edisi awal American Journal of Sociology isinya hanya sedikit yang mengandung artikel atau riset ilmiah, tetapi banyak berisi tentang peringatan dan nasihat akibat urbanisasi dan industrialisasi. Sebagai contoh suatu artikel yang terbit di tahun 1903 berjudul “The Social Effect of The Eight Hour Day” tidak mengandung data faktual atau eksperimental. Tetapi lebih berisi pada manfaat sosial dari hari kerja yang lebih pendek.
Namun pada tahun 1930-an beberapa jurnal sosiologi yang ada lebih berisi artikel riset dan deskripsi ilmiah. Sosilogi kemudian menjadi suatu pengetahuan ilmiah dengan teorinya yang didasarkan pada obeservasi ilmiah, bukan pada spekulasi-spekulasi.
Para sosiolog tersebut pada dasarnya merupakan ahli filsafat sosial. Mereka mengajak agar para sosiolog yang lain mengumpulkan, menyusun, dan mengklasifikasikan data yang nyata, dan dari kenyataan itu disusun teori sosial yang baik.
Di Inggris Herbert Spencer menerbitkan bukunya Principle of Sociology dalam tahun 1876. Ia menerapkan teeori evolusi organik pada masyarakat manusia dan mengembangkan teori besar tentang “evolusi sosial” yang diterima secara luas beberapa puluh tahun kemudian.
Seorang Amerika Lester F. Ward yang menerbitkan bukunya “Dynamic Sociology” dalam tahun 1883, menghimbau kemajuan sosial melalui tindakan-tindakan sosial yang cerdik yang harus diarahkan oleh para sosiolog.
Seorang Perancis, Emile Durkheim menunjukkan pentingnya metodologi ilmiah dalam sosiologi. Dalam bukunya Rules of Sociological Method yang diterbitkan tahun 1895, menggambarkan metodologi yang kemudian ia teruskan penelaahannya dalam bukunya berjudul Suicide yang diterbitkan pada tahun 1897. Buku itu memuat tentang sebab-sebab bunuh diri, pertama-tama ia merencanakan disain risetnya dan kemudian mengumpulkan sejumlah besar data tentang ciri-ciri orang yang melakukan bunuh diri dan dari data tersebut ia menarik suatu teori tentang bunuh diri.
Kuliah-kuliah sosiologi muncul di berbagai universitas sekitar tahun 1890-an. The American Journal of Sociology memulai publikasinya pada thun 1895 dan The American Sociological Society (sekarang bernama American Sociological Association) diorganisasikan dalam tahun 1905.
Sosiolog Amerika kebanyakan berasal dari pedesaan dan mereka kebanyakan pula berasal dari para pekerja sosial; sosiolog Eropa sebagian besar berasal dari bidang-bidang sejarah, ekonomi politik atau filsafat.
Urbanisasi dan industrialisasi di Amerika pada tahun 1900-an telah menciptakan masalah sosial. Hal ini mendorong para sosiolog Amerika untuk mencari solusinya. Mereka melihat sosiologi sebagai pedoman ilmiah untuk kemajuan sosial. Sehingga kemudian ketika terbitnya edisi awal American Journal of Sociology isinya hanya sedikit yang mengandung artikel atau riset ilmiah, tetapi banyak berisi tentang peringatan dan nasihat akibat urbanisasi dan industrialisasi. Sebagai contoh suatu artikel yang terbit di tahun 1903 berjudul “The Social Effect of The Eight Hour Day” tidak mengandung data faktual atau eksperimental. Tetapi lebih berisi pada manfaat sosial dari hari kerja yang lebih pendek.
Namun pada tahun 1930-an beberapa jurnal sosiologi yang ada lebih berisi artikel riset dan deskripsi ilmiah. Sosilogi kemudian menjadi suatu pengetahuan ilmiah dengan teorinya yang didasarkan pada obeservasi ilmiah, bukan pada spekulasi-spekulasi.
Para sosiolog tersebut pada dasarnya merupakan ahli filsafat sosial. Mereka mengajak agar para sosiolog yang lain mengumpulkan, menyusun, dan mengklasifikasikan data yang nyata, dan dari kenyataan itu disusun teori sosial yang baik.
Langganan:
Postingan (Atom)